Being a serial entrepreneur

Being a serial entrepreneur is a typical MIT/Stanford trope.

Just like kids looked up to astronauts in the ’60s and ’70s, millennials like me looked up to successful tech entrepreneurs as our heroes when we were younger. I remember back in college (in the early 2000s) there seemed to be a hackathon, a business pitch contest, or some boot camp taking place on campus every other week. Y Combinator launched at MIT — their first batch in 2005 included Reddit, Twitch, and Sam Altman (of OpenAI fame). To think that I was really on the same physical grounds when it all started.

I, however, was often alone in my room during my undergrad years, either busy proving math theorems or doing math homework, impervious to all the tech happenings around me. I did not even take a single coding class in college, let alone learn how to build apps/software. To graduate, I had to take classes from 12 different departments, but I don’t remember taking any classes that were programming-heavy (I took the famous 6.001, an intro to programming course, but dropped mid-semester).

Hence, it is quite ironic that I became a serial entrepreneur, while many of my friends from college are working at FAANG (or other tech companies), investment banks, consulting firms, and other places.

Being a serial entrepreneur might sound glamorous, but the reality is much more mundane. The life of a serial entrepreneur is a plodding journey. Exciting at times, but on most days, we work as usual just like any other office-based employees.

The tl;dr version of my entrepreneurial journey:

2007: founded Aidan Group, of which the two operating companies are ArdentEdu and AidanTech

2010: started Lot.my, an e-commerce platform

2014: started BinaMinda, a franchisee tuition center

2019: started Pandai, an online education app.

Some of the companies are still doing well, and some of them closed down. I did not mention some of the smaller ventures I dabbled in. I ventured into, among others, an online coupon platform (at the time, Groupon was the shizzle), a food trading business, an autonomous vehicle startup, and an online bookseller. These never got past the initial stage.

I want to write about my experience starting and operating these companies, but in a true procrastinator’s fashion, let’s do it on another day.

One thought on “Being a serial entrepreneur

  1. Maka ramai setan2 tersebut menjadikan patung berhala sebagai tuhan – tuhan mereka.

    Seorang pegembara bertanya, kenapa kalian sujud kepada berhala yang kalian sendiri ciptakan.

    Mereka kami sujud kepada mereka kerana kami suka kepadanya .

    Pegembara, Hebat sunguh patung berhala manpu menjadi mereka sujud kepada kamu.

    Kalaulah tuhan aku,menberi ia boleh bercakap , bergerak dan memerintah, aku pasti tuhan aku tidak akan disembah lagi .

    #

    Seorang budak yang kaya raya berjalan di sebuah tamadun di mana setan2 tersebut menjadikan berhala yang boleh bercakap, bergerak dan memeritah hambanya.

    Budak tersebut bertanya kenapa kalian menjadikan berhala tersebut sebagai tuhan kalian .

    Mereka berkata, kami mengetahui ia tuhan kami sebab itu kami menyembahnya.

    Kemudian budak tersebut pergi ke berhala tersebut berkata, adakah kamu tuhan mereka ?

    Berhala tersebut berkata, sudah tentu aku ini tuhan mereka setiap yang aku perintah mereka tidak pernah ingkar.

    Kemudian budak berkata, tuhan tiada peraturan di atas . Ia melakukan apa yang ia mahu tetapi aku saksikan kamu tidak melakukan apa yang kamu .

    Berhala tersebut berkata terima kasih nasihat tersebut kerana aku sangkakan, aku telah menjadi tuhan hebat kepada hamba ku.

    Budak tersebut berkata , akan wujud setan yang ingkar kepada mu nanti dan akan membunuh mu. Oleh kerana itu aku hadiahkan kepada kamu maklaikat supaya kamu dapat menbunuh setan yang ingkar.

    Berhala tersebut berkata , baik sunguh kamu terhadap aku ,sedangkan aku tidak menberi sesuatu keuntungan kepada mu.

    #

    Maka setan setan tersebut menagis di buly berhala berhala mereka,

    Maka datang seorang hakim, bertanya kenapa kalian menagis ?

    Mereka berkata,tuhan kami merogol, mencuri , memaki menbunuh sesuka hati.

    Hakim berkata, mengapa kalian tidak menbunuh tuhan kalian?

    Mereka berkata,tuhan tidak boleh mati.

    Hakim berkata, kalian belum lagi cuba menbunuh tuhan, bagaimana kalian tahu tuhan kalian tidak boleh mati?

    Maka bangkit berapa golongan dari mereka berjuang untuk menbunuh tuhan mereka.

    Hakim bertanya mengapa kalian tidak pergi bersama mereka?

    Mereka berkata kami lebih rela di rogol di seksa di bunuh salah seorang dari kami daripada mati kesemuanya di tangan tuhan.

    Hakim berkata, jika begitu semoga berbahagia dengan tuhan kalian.

Leave a comment